Ingin rasanya ku
membuka waktu, kembali ke tahun dimana pertama kali aku melihatnya. Sosok
bertinggi kurang lebih 170 cm. Kulit putihnya, setelan rambutnya yang dibuat
menyilak untuk melihatkan dua bola mata kecoklatan yang ditumbuhi sepasang mata
lentik diujungnya.
MOS!!!!
Pagi itu pagi pertama
gue menginjakan kaki di gedung sekolah yang nampak asing ini. Yap, gue anak
baru ingusan yang saat itu menjalankan ritual mengerikan dari kakak-kakak kelas
yang seumuran. "Kamu!," teriak salah satu pengurus OSIS diujung jalan
itu, Ita. Kulit hitam manis dengan empat matanya, ya alias pakai kacamata, jilbab
yang terurai sampai dada dengan setelan pakaian seragam ala madrasah.
"Eng,eng, saya kak?" sahutku dengan polos. Sorot matanya yang tajam
bikin hatiku berdesir dan meminta untuk segera balik badan lalu lari secepatnya
dan kembali ke kakak kelas yang garang itu dengan membawakan kacamata kuda agar
matanya tak terkira olehku. "Ya siapa lagi?! Ambil sampah itu lalu buang,
enak aja lu buang sampah sembarangan jidad lo!" suruhnya dengan tampang
yang kayanya siap makan orang sekecil gue.
Nama gue Navilla, ya,
cuma Navilla. Gue nggak ngerti kenapa orangtua gue kasih nama yang begitu
singkat dan padatnya, tapi ya itu nama terbaik yang pernah ortu gue kasih, and
i very very thanks for them:* Btw, gue anak baru di sekolah, bukan anak baru
yang duduk nyelonong dengan dagu di langit sembari banyak yang tanya-tanya nama
lo siapa, dari mana, ko bisa pindah ke sini, dan blablabla. Gue murid baru
ajaran 2012 tahun ini dibangku kelas X. Sama kaya murid SMP yang akan menempuh
hidup baru di gedung ini, gue harus menjalani ritual dengan mengatasnamakan
melatih mental diri, Masa Orientasi Siswa. Bagaikan melewati kerak bumi yang
panasnya naudzubillah, pagi itu semua murid baru ajaran tahun ini dukumpulkan
menjadi satu di halaman sekolah baru gue, cukup luas, luas banget malah,
sekolah ini punya 3 lapangan yang gedenya nggak main-main, mungkin sekolah ini
biasa dijadikan ajang bercocok tanam atau semacamnya kaliya, but, for your
information nihya, sekolah baru gue ini menyandang predikat sekolah atlet nomor
satu di kota gue, nggak heran kalau lapangannya segede-gede sungai amazon! Gue
lari terpogoh-pogoh karena mengingat jam berapa saat itu, gue datang pukul
07.15, yang bikin gue lari dari angkot sambil teriak-teriak yang karena ini
hari pertama mos yang mestinya anak-anak baru dateng jam 03.30 alias jam
setengah empat!!!!!!!!! "Jam berapa ini?!!" baru juga dateng udah
ditanya sama nenek sihir ini, itu awal
gue dan kak Ita yang "ngobrol bareng" dengan "sopannya". "Jam 7 kak," jawab gue sekenanya.
"Nggak punya jam
ya kamu? duduk sana di akhir barisan, dasar badung!" dengan
"sapaan" paginya itu buat hati gue berkenan untuk makan temen baru
yang ada di sebelah gue. Tika. anak baru yang sama kaya gue ini berjilbab dan
agak sedikit norak, ya gue pastiin ni orang kayanya kurang makan, sama kaya
gue, badannya kurus gila. "Hai, dari SMP mana?" tanyanya dengan
ramah. "SMPN 141, kamu? jawabku yang tak kalah ramahnya."SMPN 1,"
jawabnya dengan bangga mengingat sekolah asalnya yang memang membanggakan.
Dengan hanya menjawab oh gitu dan senyam-senyum nggak karuan, mata ini tak
ingin berhenti untuk melirik sana-sini melihat ekspresi anak-anak ingusan yang
lain. Diujung lapangan, segerombolan cewek yang kayanya lagi gosipin salah satu
kakak kelas yang emang cakep itu ketawa haha hihi, disamping gerombolan
membosankan itu ada segerombolan anak-anak yang sedang berbisik-bisik
membicarakan bagaimana keesokan harinya alias anak-anak cupu yang takut akan
perintah kakak kelas itu, lalu mata gue berhenti seketika, seperti ada aliran
hujan yang berdesir di dadaku. "Astaga," gumamku dalam hati. Saat ini
mata gue tertuju pada satu sosok yang menarik perhatian ku, cowok berkulit
putih dengan mata lembut meski tampangnya disetel sangar, gue tau dia baik meski
porsi wajah manisnya itu tertutupi dengan wajah yang ia buat sangar itu.
TO BE CONTINUE!!!